PEDOMAN UMUM
PEMBENTUKAN
ISTILAH
Edisi Ketiga
Cetakan
Keempat
PUSAT BAHASA
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL
2007
KATA
PENGANTAR
EDISI KETIGA
Sejak
dikumandangkan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia, penggunaan bahasa
Indonesia makin luas ke berbagai bidang kehidupan, bahkan berpeluang menjadi
bahasa ilmu pengetahuan. Peluang itu makin nyata setelah bahasa Indonesia
diangkat sebagai bahasa Negara (UUD 1945, Pasal 36) yang menepatkan bahasa itu
sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan bahasa pengantar
pendidikan serta bahasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk itulah, diprlukan pengembangan perisfilahan bahasa Indonesia dalam
berbagai bidang ilmu, terutama untuk kepentingan pendidikan anak-anak bangsa.
Kekayaan
peristilahan suatu bahasa dapat menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa
pemilik bahasa itu karena kosakata, termasuk istilah, merupakan sarana
pengungkap ilmu dan teknologi serta seni. Sejalan dengn perkembangan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia dari waktu ke waktu, perkembangan
kosakata/istilah trus menunjukkan kemajuan. Ke majuan itu makin dipacu ketika
kerja sama pengembangan bahasa kebangsaan bersama Malaysia diarahkan pada
pengembangan perisfilahan. Dalam upaya member panduan dalam pengembangan
peristilahan itulah disusun Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang pertama
terbit tahun 1975. Setelah digunakan sekitar 14 tahun, pedoman itu
disempurnakan kembali dan diterbitkan sebagai edisi kedua dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/0/1988 tanggal 11
Agustus 1988. Di dalam prakata Pedoman Umum Pembentukan Istilah edisi pertama
berdasarkan pada Lembaran UNESCO: ISO/TC 32, International Organization for
Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, l/ocabulary of Terminology.
Dalam edisi ini perlu dikemukakan bahwa yang menangani peristilahan
internasional bukan ISO/TC 32, melainkan ISO/TC 37.
Perubahan
tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, telah mengubah pola pikir dan
perilaku masyarakat. Seluruh sendi kehidupan masyarakat mengalami perubahan,
terutama mengarah pada persiapan memasuki tatanan baru tersebut. Penggunaan
bahasa asing, terutama bahasa Inggris, memasuki berbagai sendi kehidupan,
terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan itu
mewarnai perkembangan kosakata/isfilah bahasa Indonesia. Kosakata/istilah
bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia bersama masuknya ilmu pengetahuan
dan teknologi bahkan kebudayaan ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Berbagai perubahan itu perlu ditampung dalam proses pengalihan kosakata,
khususnya istilah bahasa asing, ke dalam bahasa Indonesia. Untuk itu, pedoman
pembentukan istilah yang telah digunakan selama 30 tahun perlu difinjau kembali
agar menampung berbagai perubahan tersebut.
Dalam
merealisasikan peninjauan kernbali oedoman tersebut, pihak Indonesia membentuk
tim yang terdiri atas Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai, dan
Drs. Fairul Zabadi (sekretaris) dengan penanggung jawab Dr. Dendy Sugono
(Kepala Pusat Bahasa) yang bertugas menyiapkan bahan penyempurnaan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah yang dipaparkan dalam siding ke-15 Pakar Majelis Bahasa
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) yang diselenggarakan tanggal
10--14 September di Denpasar. Ihwal peninjauan kernbali pedoman tersebut
dibahas dalam Sidang ke-41 Mabbim yang diadakn di Makassar pada tanggal 13--15
Maret 2002 dan pihak Mabbim Indonesia diberi kepercayaan untuk melakukan revisi
pedoman tersebut. atas dasar itu, pihak Indonesia melanjutkan pembahasan hasil
revisi pedoman tersebut dalam rapat-rapat khusus di Pusat Bahasa Jakarta. hasil
revisi pihak Indonesia itu dibahas dalam sidang ke-42 Mabbim di Brunei
Darussalam. Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah dibahas tersebut
disempurnakan kernbali oleh pihak Indonesia berdasarkan hasil pembahasan dalam
sidang tersebut dan selanjutnya dibahas dalam Musyawarah Sekretariat Mabbim di
Jakarta dengan wakil ketiga Negara anggota Mabbim, yaitu Dr. Dendy Sugono,
Prof. Dr. Anton M. Moeliono, Prof. Dr. Mien A. Rifai (Indonesia), Prof. Dr.
DAto Hajah Asmah Haji Omar (Malaysia), dan Dr. Mataim bin Bakar (Brunei
Darussalam). Pembahasan terutama ditekankan pada bagan prosedur pembentukan
istilah dan masing-masing negara anggota menyempurnakan pedoman tersebut. hasil
penyempurnaan pedoman itu dibahas oleh Kelompok Khusus yang dihadiri oleh wakil
keiga negara anggota tersebut dalam Sidang Ke-17 Pakar Mabbim di pulau
Langkawi, Malaysia pada tanggal 8--12 September 2003, Indonesia diwakili oleh
Prof. Dr. Anton M. Moeliono. Akhirnya, hasil penyempurnaan pedoman tersebut
diterima sebagai hasil putusan Sidang Ke-43 Mabbim di Kuala Lumpur, Malaysia
pada tanggal 9--11 Maret 2004 untuk diberlakukan di negara anggota Mabbinm dan
diterbitkan sesuai dengan gaya dan tata cara penerbitan yang berlaku di Negara
masing-masing. Pihak Mabbim Indonesia telah menerbitkan hasil putusan Mabbim
tersebut sebagai Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga dengan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 146/U/2004 dan diluncurkan pada acara
pembukaan Sidang Ke-44 Mabbim di Mataram, Indonesia pada tanggal 7 Maret 2005.
Untuk itu, kepada anggota tim revisi dan semua pihak yang membantu penyempumaan
dan penerbitan pedoman edisi kefiga ini saya menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus.
Penerbitan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini diharapkan dapat mempercepat laju
perkembangan istilaj bahasa Indonesia karena masyarakat dapat menciptakan
istilah sendiri berdasarkan tata cara pembentukan istilah yang dimuat dalam
buku pedoman ini.
Jakarta, 28 Oktober 2005
|
Dendy Sugono
Kepala
Pusat Bahasa
|
KEPUTUSAN
MENTERI
PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK
INDONESIA
No.
146/U/2004
TENTANG
PENYEMPURNAAN
PEDOMAN UMUM
PEMBENTUKAN ISTILAH
MENTERI
PENDIDIKAN NASIONAL
Menimbang:
a. bahwa
dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nomor 0389/U/ 1988
tanggal 11 Agustus 1988 telah ditetapka peresmian berlakunya Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Kedua;
b. bahwa
sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, dipandang perlu menetapkan
kembali Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tentang Penyempumaan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah;
Mengingat:
1.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2004;
3. Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan
Tugas Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001;
4. Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu. MEMUTUSKAN
Menetapkan:
Pertama:
Menyempumakan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, sebagaimana ditetapkan dengn
Keputusan Menteri P endidikan dan Kebudayaan Nomor 0389/U/1988, menjadi
sebagimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
|
Ditetapkan di Jakarta
pada
tanggal 12 November 2004
MENTERI
PENDIDIKAN NASIONAL
ttd
Bambang
Sudibyo
|
PRAKATA
EDISI PERTAMA
Kerja sama
dan komunikasi di antara para ahli dan sarjana di lapangan pengetahuan dan
teknologi tambah lama perlu untuk menjamin kemajuan hidup yang dewasa ini
dicirikan oleh besarnya pengaruh ilmu dan teknologi di segala kehidupan dan
kegiatan manusia.
Agar
pertukaran informasi memperoleh hasil yang baik, istilah khusus, yang merupakan
sendi penting di dalam sistem ilmu pengetahuan, harus mempunyai makna yang sama
bagi semua orang yang menggunakannya. Kesepakatan umum tentang makna nama dan
istilah khusus serta penggunaannya secara konsisten akan menghasilkan
keseragaman suatu kosakata khusus yang memuat konsep, isfilah, dan definisinya
yang baku. Pembakuan tata nama dan tata istilah khusus itu akan mempermudah
pemahaman bersama dan memperlancar komunikasi ilmiah, baik pada taraf nasional
maupun pada taraf intemasional, serta mengurangi kekacauan, kemaknagandaan, dan
kesalahpahaman.
Di dalam
pedoman umum ini, yang berdasar pada lembaran UNESCO: ISO/TC 32, International
for Standardization, Draft ISO Recommendation, No. 781, Vocabulary of
Terminology, diberikan sekumpulan patokan dan saran yang dapat dipakai sebagai
penuntun dalam usaha pembentukan istilah. Pedoman khusus yang isfimewa berlaku
bagi suatu cabang ilmu atau bidang tertentu sebaiknya dijabarkan dari pedoman
umum ini dan diperlengkapi dengan peraturan tambahan yang perlu diterapkan.
Konsep
pedoman ini disusun oleh Profesor H. Johannes dan Anton M. Moeliono. Naskahnya
kemudian dibahas lebih lanjut di dalam Sanggar Kerja Peristilahan (Jakarta,
29--30 Juni 1973) yang dihadiri oleh empat puluh ahli terkemuka dari berbagai
bidang ilmu. Naskah yang direvisi, setelah itu, berulang-ulang diolah oleh
Komisi Tata Istilah, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia ( Profesor Andi
Hakim Nasution, Ketua) dan Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (Amran Halim dan
Haji Suja bin Rahiman, Ketua).
Penyusunan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah ini telah dimungkinkan oleh tersedianya biaya
Pelita II yang disalurkan melalui Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (S. W. Rujiati
Mulyadi, Ketua).
Kepada
segenap instansi, kalangan masyarakat, dan perorangan yang telah memungkinkan
tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
Jakarta, Agustus 1975 Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
DAFTAR
SINGKATAN
K
|
:
|
konsonan
|
V
|
:
|
vocal
|
D
|
:
|
dasar
|
[sunting] I.1 Istilah dan Tata Istilah
Istilah
adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Tata istilah (terminologi) adalah
perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan istilah yang
dihasilkannya.
Misalnya:
- Anabolisme
- Demokrasi
- Laik terbang
- pasar modal
- pemerataan
- perangkap elektron
[sunting] I.2 Istilah Umum dan Istilah Khusus
Istilah umum
adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara
luas, menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya:
- Anggaran belanja
- Daya
- Nikah
- penilaian
- radio
- takwa
Istilah
khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
Misalnya:
- Apendektomi
- Bipatride
- kurtosis
- pleistosen
[sunting] I.3 Persyaratan Istilah yang Baik
Dalam
pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia yang berikut.
- Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak
menyimpang dari makna itu,
- Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan
sama.
- Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bernilai rasa (konotasi) baik.
- Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
sedap didengar (eufonik).
- Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.
Nama adalah
kata atau frasa yang berdasarkan kesepakatan menjadi tanda pengenal benda,
orang, hewan, tumbuhan, tempat, atau hal. Tata nama (nomenklatur) adalah
perangkat peraturan penamaan dalam bidang ilmu tertentu, seperti kimia dan
biologi, beserta kumpulan nama yang dihasilkannya.
Misalnya:
- aldehida
- natrium klorida
- Primat
- oryza sativa
[sunting] II. Proses Pembentukan Istilah
[sunting] II.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dan Peristilahannya
Upaya
kecendikiaan ilmuan (scientist) dan pandit (scholar) telah dan terus
menghasilkan konsep ilmiah, yang pengungkapannya dituangkan dalam perangkat
peristilahan. Ada istilah yang sudah mapan dan ada pula istilah yang masih
perlu diciptakan. Konsep ilmiah yang sudah dihasilkan ilmuwan dan pandit
Indonesia dengan sendirinya mempunyai istilah yang mapan. Akan tetapi, sebagian
besar konsep ilmu pengetahuan modern yang dipelajari, digunakan, dan
dikembangkan oleh pelaku ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia datang
dari luar negeri dan sudah dilambangkan dengan istilah bahasa asing. Di samping
itu, ada kemungkinan bahwa kegiatan ilmuwan dan pandit Indonesia akan
mencetuskan konsep ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru
sehingga akan diperlukan penciptaan istilah baru.
[sunting] II.2 Bahan Baku Istilah Indonesia
Tidak ada
satu bahasa pun yang sudah memiliki kosakata yang lengkap dan tidak memerlukan
ungkapan untuk gagasan, temuan, atau rekacipya yang baru. bahasa Inggris yang
kini dianggap bahasa internasional utama, misalnya, pernah menyerap kata dan
ungkapan dari bahasa Yunani, Latin, Prancis, dan bahasa lain, yang jumlahnya
hampir tiga perlima dari seluruh kosakatanya. Sejalan dengan itu, bahan istilah
Indonesia diambil dari berbagai sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang
penting, yakni (1) bahasa Indonesia, termasuk unsur serapannya, dan bahasa
Melayu, (2) bahasa Nusantara yang serumpun, termasuk bahasa Jawa Kuno, dan (3)
bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab.
[sunting] II.3 Pemantapan Istilah Nusantara
Istilah yang
mengungkapkan konsep hasil galian ilmuwan dan pandit Indonesia, seperti
bhinneka tunggal ika, batik, banjar, sawer, gunungan, dan pamor, telah lama
diterima secara luas sehingga dapat dimantapkan dan hasilnya dikodifikasi.
Pemadanan
istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, dan jika perlu ke salah satu bahasa
serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan penerjemahan
dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah
Inggris yang pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan oleh
para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu dilakukan dengan atau
tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah fonotaktik, yakni hubungan urutan
bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.
[sunting] II.4.1.1 Penerjemahan Langsung
Istilah
Indonesia dapat dibentuk lewat penerjemahan berdasarkan kesesuaian makna tetapi
bentuknya tidak sepadan.
Misalnya:
- Supermarket - pasar swalayan
- Merger -
gabungan usaha
Penerjemahan
dapat pula dilakukan berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna.
Misalnya:
- Bonded zone - kawasan berikat
- Skyscraper - pencakar langit
Penerjemahan
istilah asing memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata
Indonesia dengan sinonim, istilah terjemahan juga meningkatkan daya ungkap
bahasa Indonesia. Jika timbul kesulitan dalam penyerapan istilah asing yang
bercorak Anglo-Sakson karena perbedaan antara lafal dan ejaannya, penerjemahan
merupakan jalan keluar terbaik. Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan
perlu diperhatikan pedoman berikut.
- Penerjemahan tidak harus berasas satu kata
diterjemahkan dengan satu kata. Misalnya:
- Psychologist - ahli psikologi
- Medical practitioner - dokter
- Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan
ke dalam istilah Indonesia bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk
negatif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula.
Misalnya:
- Bound form - bentuk terikat
(bukan bentuk takbebas)
- Illiterate - niraksara
- Inorganic - takorganik
- Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan
sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya. Misalnya:
- Merger (nomina) - gabung usaha
(nomina)
- Transparent (adjektiva) -
bening (adjektiva)
- (to) filter (verba) - menapis
(verba)
- Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk
plural, pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia.
Misalnya:
- Alumni - lulusan
- Master of ceremonies -
pengatur acara
- Charge d'affaires - kuasa
usaha
[sunting] II.4.1.2 Penerjemahan dengan Perekaan
Adakalanya
upaya pemadanan istilah asing perlu dilakukan dengan menciptakan istilah baru.
Istilah factoring, misalnya, sulit diterjemahkan atau diserap secara utuh.
Dalam khazanah kosakata bahasa Indonesia/Melayu terdapat bentuk anjak dan
piutang yang menggambarkan pengalihan hak menagih utang. Lalu, direka istilah
anjak piu-tang sebagai padanan istilah factoring. Begitu pula pemadanan
catering menjadi jasa boga dan invention menjadi rekacipta diperoleh lewat
perekaan.
[sunting] II.4.2.1 Penyerapan Istilah
Penyerapan
istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia dilakukan berdasarkan hal-hal
berikut.
- Istilah asing yang akan diserap meningkatkan
ketersalinan bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik
(intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.
- Istilah asing yang akan diserap mempermudah
pemahaman teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
- Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas
jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
- Istilah asing yang akan diserap mempermudah
kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak
sinonimnya.
- Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan
tepat karena tidak mengandung konotasi buruk.
Proses
penyerapn istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan
cara yang berikut.
- Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya:
- Camera - kamera
- Microphone - mikrofon
- System - sistem
- Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa
penyesuaian lafal Misalnya:
- Design - desain
- File - fail
- Science - sains
- Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan
penyesuaian lafal Misalnya:
- Bias - bias
- Nasal - nasal
- Radar (radio detecting and
ranging) - radar
- Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
- Penyerapan istilah asing tanpa
penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika ejaan dan lafal istilah asing itu
tidak berubah dalam banyak bahasa modern, istilah itu dicetak dengan
huruf miring. Misalnya:
- Allegro moderato
- Aufklarung
- Status quo
- Esprit de corps
- divide et impera
- dulce et utile
- in vitro
- vis-Ã -vis
- Penyerapan istilah tanpa
penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga dipakai
secara luas dalam kosakata umum, istilah itu tidak ditulis dengan huruf
miring (dicetak dengan huruf tegak). Misalnya:
- Golf - golf
- Internet - internet
- Lift - lift
- Orbit - orbit
- Sonar (sound navigation and
ranging)- sonar
[sunting] II.4.2.2 Penyerapan Afiks dan Bentuk Terikat Istilah
Asing
[sunting] a. Penyesuaian Ejaan Prefiks dan Bentuk Terikat
Prefiks
asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya
di dalam peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya. Prefiks asing
itu, antara lain, ialah sebagai berikut.
a-, ab-, abs- ('dari', 'menyimpang
dari', 'menjauhkan dari') tetap a-, ab-, abs-
amoral abnormal abstract - amoral abnormal abstrak
a-, an- 'tidak, bukan, tanpa' tetap
a-, an
anemia aphasia aneurysm - anemia afasia aneurisme
ad-, ac- 'ke', 'berdekatan dengan',
'melekat pada', menjadi ad-, ak-
adhesion acculturation - adhesi akulturasi
am-, amb- 'sekeliling', 'keduanya'
tetap am-, amb-
ambivalence amputation - ambivalensi amputasi
ana-, an- 'ke atas', 'ke belakang',
'terbalik' tetap ana-, an-
anabolism anatropous - anabolisme anatrop
ante- 'sebelum', 'depan' tetap ante-
antediluvian anterior - antediluvian anterior
anti-, ant- 'bertentangan dengan'
tetap anti-, ant-
anticatalyst anticlinal antacid - antikatalis
antiklinal antacid
apo- 'lepas, terpisah', 'berhubungan
dengan' tetap apo-
apochromatic apomorphine - apokromatik apomorfin
aut-, auto- 'sendiri', 'bertindak
sendiri' tetap aut-, auto-
autarky autostrada - autarki autostrada
bi- 'pada kedua sisi', 'dua' tetap
bi-
biconvex bisexual - bikonveks biseksual
cata- 'bawah', 'sesuai dengan'
menjadi kata-
cataclysm catalyst - kataklisme katalis
co-, com-, con- 'dengan',
'bersama-sama', 'berhubungan dengan' menjadi ko-, kom-, kon-
coordination commission concentrate - komisi
konsentrat koordinasi
contra- 'menentang', 'berlawanan'
menjadi kontra-
contradiction contraindication - kontradiksi
kontraindikasi
de- 'memindahkan', 'mengurangi'
tetap de-
dehydration devaluation - dehidrasi devaluasi
di- 'dua kali', 'mengandung dua'
tetap di-
dichloride diklorida - dichromatic dikromatik
dia- 'melalui', 'melintas' tetap
dia-
diagonal diapositive - diagonal diapositif
dis- 'ketiadaan', 'tidak' tetap dis-
disequilibrium disharmony - disekuilibrium disharmoni
eco- 'lingkungan' menjadi eko-
ecology ecospecies - ekologi ekospesies
em-, en- 'dalam', 'di dalam' tetap
em-, en-
empathy encenphalitis - empati ensenfalitis
endo- 'di dalam' tetap endo-
endoskeleton endothermal - endoskeleton endotermal
epi- 'di atas', 'sesudah' tetap epi-
epigone epiphyte - epigon epifit
ex- 'sebelah luar' menjadi eks-
exclave exclusive - eksklave eksklusif
exo-, ex- 'sebelah luar',
'mengeluarkan' menjadi ekso-
eksexoergic exogamy - eksoergik eksogami
extra- 'di luar' menjadi ekstra-
extradition extraterrestrial - ekstradisi
ekstraterestrial
hemi- 'separuh', 'setengah' tetap
hemi-
hemihedral hemisphere - hemihedral
hemisfer
hemo- 'darah' tetap hemo-
hemoglobin hemolysis - hemoglobin hemolisis
hepta- 'tujuh', 'mengandung tujuh'
tetap hepta-
heptameter heptarchy - heptameter heptarki
hetero- 'lain', 'berada' tetap
hetero-
heterodox heterophyllous heterodoks heterofil
hexa- 'enam', 'mengandung enam'
menjadi heksa-
hexachloride hexagon - heksaklorida heksagon
hyper- 'di atas', 'lewat', 'super'
menjadi hiper-
hyperemia hypersensitive - hiperemia hipersensitif
hypo- 'bawah', 'di bawah' menjadi
hipo-
hipoblast hypochondria - hipoblas hipokondria
im-, in-, il- 'tidak', 'di dalam',
'ke dalam' tetap im-, in-, il-
immigration induction illegal induksi ilegal imigrasi
infra- 'bawah', 'di bawah', 'di
dalam' tetap infra-
infrasonic infraspecific - infrasonik infraspesifik
inter- 'antara', 'saling' tetap
inter-
interference international - interferensi
internasional
intra- 'di dalam', 'di antara' tetap
intra-
intradermal intracell - intradermal intrasel
intro- 'dalam', 'ke dalam' tetap
intro-
introjections introvert - introjeksi introvert
iso- 'sama' tetap iso-
isoagglutinin isoenzyme - isoaglutinin isoenzim
meta- 'sesudah', 'berubah',
'perubahan' tetap meta-
metamorphosis metanephros - metamorfosis metanefros
mono- 'tunggal', 'mengandung satu'
tetap mono-
monodrama monoxide - monodrama monoksida
pan-, pant/panto- 'semua',
'keseluruhan' tetap pan-, pant-, panto-
panacea pantisocracy pantograph - panasea pantisokrasi
pantograf
para- 'di samping', 'erat
berhubungan dengan', 'hampir' tetap para-
paraldehyde parathyroid - paraldehida paratiroid
penta- 'lima', 'mengandung lima'
tetap penta-
pentahedron pentane - pentahedron pentane
peri- 'sekeliling', 'dekat',
'melingkupi' tetap peri-
perihelion perineurium - perihelion perineurium
poly- 'banyak', 'berkelebihan'
menjadi poli-
polyglotism polyphagia - poliglotisme polifagia
pre- 'sebelum', 'sebelumnya', 'di
muka' tetap pre-
preabdomen premature - preabdomen
prematur
pro- 'sebelum', 'di depan' tetap
pro-
prothalamion prothorax - protalamion protoraks
proto- 'pertama', 'mula-mula' tetap
proto-
protolithic prototype - protolitik prototipe
pseu-, pseudo- 'palsu' tetap pseu-,
pseudo-
pseudomorph pseudepigraphy - pseudomorf pseudepigrafi
quasi- 'seolah-olah', 'kira-kira'
menjadi kuasi-
quasi-historical quasi-legislative - kuasihistoris
kuasilegislatif
re- 'lagi', 'kembali' tetap re-
reflection rehabilitation - refleksi rehabilitasi
retro- 'ke belakang', 'terletak di
belakang' tetap retro-
retroflex retroperitoneal - retrofleks retroperitoneal
semi- 'separuhnya', 'sedikit
banyak', 'sebagian' tetap semi-
semifinal semipermanent - semifinal semipermanen
sub- 'bawah', 'di bawah', 'agak',
'hampir' tetap sub-
subfossil submucosa - subfosil submukosa
super-, sur- 'lebih dari', 'berada
di atas' tetap super-, sur-
superlunar supersonic surrealism - superlunar
supersonik surealisme
supra- 'unggul', 'melebihi' tetap
supra-
supramolecular suprasegmental - supramolekular
suprasegmental
syn- 'dengan', 'bersama-sama', 'pada
waktu' menjadi sin-
syndesmosis synesthesia - sindesmosis sinestesia
tele- 'jauh', 'melewati', 'jarak'
tetap tele-
telepathy telescope - telepati teleskop
trans- 'ke/di seberang', 'lewat',
'mengalihkan' tetap trans-
transcontinental transliteration - transkontinental
transliterasi
tri- 'tiga' tetap tri-
trichromat tricuspid - trikromat tricuspid
ultra- 'melebihi', 'super' tetap
ultra-
ultramodern ultraviolet - ultramodern ultraviolet
uni- 'satu', 'tunggal' tetap uni-
unicellular unilateral - uniseluler unilateral
[sunting] b. Penyesuaian Ejaan Sufiks
Sufiks asing
dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata
seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di
samping kata standar, implemen, dan objek. Berikut daftar kata bersufiks
tersebut.
-aat (Belanda) menjadi -at
Advocaat Plaat Tractaat - advokat pelat traktat
-able, -ble (Inggris) menjadi -bel
Variable Flexible - variabel flexible
-ac (Inggris) menjadi -ak
Maniac Cardiac Almanac - maniak kardiak almanac
-age (Inggris) menjadi -ase
Sabotage Arbitrage Percentage - sabotase arbitrase
persentase
-air (Belanda), -ary (Inggris)
menjadi -er
Complementair, complementary Primair, primary
Secundair, secondary - komplementer primer sekunder
-al (Inggris) menjadi -al
Credential Minimal Mational - kredensial minimal
nasional
-ance, -ence (Inggris) menjadi –ans,
-ens
Ambulance Conductance Termophosphorescence
Thermoluminescence - ambulans konduktans termosfosforensens termoluminesens
-ancy, -ency (Inggris) menjadi
–ansi, -ensi
Efficiency Frequency Relevancy - efisiensi frekuensi
relevansi
-anda, -end, -andum, -endum
(Belanda, Inggris) menjadi –anda, -en, -andum, -endum
Propaganda Divindend Memorandum Referendum -
propaganda dividen memorandum referendum
-ant (Belanda, Inggris) menjadi -an
Accountant Informant Dominant - akuntan informan
dominan
-ar (Inggris) menjadi –ar, -er
Curricular Solar - kurikuler solar
-archie (Belanda), -archy (Inggris) menjadi
-arki
Anarchie, anarchy Monarchie, monarchy - anarki monarki
-ase, -ose (Inggris) menjadi -ase,
-osa
Amylase Dextrose - amilase dekstrosa
-asme (Belanda), asm (Inggris)
menjadi -asme
Sarcasm, sarcasm Pleonasme, pleonasm - sarkasme
pleonasme
-ate (Inggris) menjadi -at
Emirate Private - emirat privat
-atie (Belanda), -(a)tion (Inggris)
menjadi -(a)si
Actie, action Publicatie, publication - aksi publikasi
-cy (Inggris) menjadi -asi, -si
Accountancy Accuracy - akuntansi akurasi
-eel (Belanda) yang tidak ada
padanan dalam bahasa Inggris menjadi -el
Materieel Moreel Principieel - materiel morel
prinsipiel
-eel, aal (Belanda), -al (Inggris)
menjadi -al
Formeel, formal Ideaal, ideal Materiaal, material -
formal ideal material
-et, ette (Inggris) menjadi -et
Duet Cabinet Cassette - duet kabinet kaset
-eur (Belanda), -or (Inggris)
menjadi -ir
Amateur Importeur - amatir importir
-eur (Belanda) menjadi -ur
Conducteur, conductor Directeur, director Inspecteur,
inspector - kondektur direktur inspektur
-eus (Belanda) menjadi -us
Mesterieus Serieus misterius serius
-ficatie (Belanda), -fication
(Inggris) menjadi -fikasi
Specificatie, specification Unificatie, unification -
spesifikasi unifikasi
-fiek (Belanda), -fic (Inggris)
menjadi -fik
Specifiek, specific Honofifiek, honorific - spesifik
honorific
-iek (Belanda), -ic, -ique (Inggris)
menjadi -ik
Perodiek, periodic Numeriek, numeric Uniek, unique
Techniek, technique - periodik numerik unik teknik
-isch (Belanda), -ic, -ical
(Inggris) menjadi -is
Optimistisch, optimistic Allergisch, allergic
Symbolisch, symbolical Practisch, practical - optimistis alergis simbolis
praktis
-icle (Inggris) menjadi -ikel
Article Particle - artikel partikel
-ica (Belanda), -ics (Inggris)
menjadi –ika, -ik
Mechanica, mechanics Phonetics - mekanika fonetik
-id, -ide (Inggris) menjadi –id,
-ida
Chrysalid Oxide Chloride - krisalid oksida klorida
-ief (Belanda), -ive (Inggris)
menjadi -if
Demonstratief, demonstrative Descriptief, descriptive
Depressief, depressive - demonstratif deskriptif depresif
-iel (Belanda), -ile, -le (Inggris)
menjadi -il
Kawrtiel, quartile Percentile, percentile Stabile,
stable - kuartil persentil stabil
-iet (Belanda), -ite (Inggris)
menjadi -it
Favorite, favorite Dolomite, dolomite Stalactite,
stalactite - favorit dolomit stalaktit
-in (Inggris) menjadi -in
Penicillin Insulin Protein - penisilin insulin protein
-ine (Inggris) menjadi –in, -ina
Cocaine Quarantine - kokain karantina
-isatie (Belanda), -ization
(Inggris) menjadi -isasi
Naturalisatie, naturalization Socialisatie,
socialization - naturalisasi sosialisasi
-isme (Belanda), -ism (Inggris)
menjadi -isme
Expressionism, expressionism Modernism, modernism -
ekspresionisme modernism
-ist (Belanda, Inggris) menjadi -is
Extremist Receptionist - ekstremisme resepsionis
-iteit (Belanda), -ity (Inggris)
menjadi -itas
Faciliteit, facility Realiteit, reality - fasilitas
realitas
-logie (Belanda), -logy (Inggris)
menjadi -logi
Analogie, analogy Technologie, technology - analogi
teknologi
-loog (Belanda), -logue (Inggris)
menjadi -log
Catalog, catalogue Dialog, dialogue - katalog dialog
-lyse (Belanda), -lysis (Inggris)
menjadi -lisis
Analyse, analysis - analisis
Paralyse, paralysis - paralisis
-oide (Belanda), -oid (Inggris)
menjadi -oid
Anthropoide, anthropoid Metalloide, metalloid -
antropoid metaloid
-oir(e) (Belanda) menjadi -oar
Repertoire Trottoir - repertoar trotoar
-or (Inggris) menjadi -or
Corrector Dictator - korektor dictator
-ous (Inggris) ditinggalkan
Amorphous Polysemous - amorf polisem
-se (Belanda), -sis (Inggris)
menjadi -sis
Synthese, synthesis Anamnese, anamnesis - sintesis
anamnesis
-teit (Belanda), -ty (Inggris)
menjadi -tas
Qualiteit, quality Universiteit, university - kualitas
universitas
-ter (Belanda), -tre (Inggris)
menjadi -ter
Diameter, diameter Theater, theatre - diameter teater
-uur (Belanda), -ure (Inggris)
menjadi -ur
Proceduur, procedure Structuur, structure - prosedur
struktur
-y (Inggris) menjadi -i
Monarchy philosophy - monarki filosofi
[sunting] II.4.3 Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan
Istilah
bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan menyerap istilah asing
sekaligus.
Misalnya:
- Bound morpheme - morfem terikat
- Clay colloid - koloid lempung
- Subdivision - subbagian